Sunday, October 21, 2007

Pop Quiz

1. Miniature or real hotel?



2. Painting or photo?

Tuesday, October 16, 2007

My Poor Beloved Bali

Mrs. X : Nyoman, where are you from?
Nyoman : I’m from Bali

Mrs. X : Bali? You’re from Bali? What are you doing here? Bali is a paradise. Why did you leave Bali?
Nyoman : bla bla bla bla.

Nyoman : I’m here to make xxxxx
Mrs. Y : Ooo ok. I need your yyyy. Where are you from?
Nyoman : I’m from Bali.
Mrs. Y : Wow you’re from bali. My sister went there on 1978 and she said that Bali is so beautiful.


These are some opinion that I get from some people that I meet around here. I have talk with many people around here and most of them said that Bali is a beautiful place. But is it still true until today? Do they know current situation in Bali? Or they just know Bali from their friends or from their old memories about Bali?

I don’t want to be skeptical about this problem nor be a person who said bad words about Bali. But after reading news especially in Balipost, I just can’t stop my mouth from saying bad words. Things seem to be getting worse day after day. Today, I read news about some tax that will have 1000% increase [what the hell]. And then I read about the government officials saying that they gave up on trying to solve the immigration problems; as you might aware, there are many people from other island who try to find living in Bali but some of them have limited skills. If these people can’t find any job, they might turn into villain and threatened the community.

I just hope that the upcoming election will produce true leader that will lead Bali away from destruction, true leader who won’t sell Bali to some irresponsible investor, and true leader who understand the true meaning of “Ajeg Bali”.

Thursday, October 11, 2007

Fun With Dikmenti DKI


Today i saw this disturbing but very funny article in the Dikmenti DKI's website (I have no idea what Dikmenti is). But it's really - really funny. My wild guess would be the system use some sort of translator that will translate the article from Indonesia to English.

Petani Bali, Tanam Bunga Jadi Alternatif

Perbaikan nasib petani yang sering diwacanakan maupun peluncuran program pertanian ternyata tidak banyak menyentuh petani. Buktinya, dari sejumlah petani yang ditemui, sebagian besar menyatakan tak ada perbaikan nasib. Lalu, apa kiat mereka untuk bertahan hidup di tengah keterpurukan harga komoditi pertanian?

Bali Post/dok
ALIH PERAN - Buruh luar daerah kini mengambil alih peran tenaga lokal dalam memanen padi.

BERCOCOK tanam sayur dan bunga pacar, kini menjadi alternatif para petani di sejumlah kabupaten di Bali. Di Kabupaten Klungkung, banyak tanah sawah tidak lagi ditanami padi, tetapi bunga pacar. Petani beralasan, hal itu dilakukan lantaran biaya operasional yang dikeluarkan untuk menanam padi tidak sebanding dengan hasil panen. Bahkan, cenderung lebih tinggi biaya operasional.

Wayan Kerta, petani di Subak Mungguna, Tihingan, mengakui hasil bunga tak seberapa, tetapi melebihi biaya produksi yang juga tak banyak. Hal sama diakui petani Subak Mekoodan, Nang Kapuh, Pan Siring dan Nang Rudi. Mereka mengaku, hasilnya sebagai petani benar-benar tak layak. Makanya mereka tak heran kalau generasi muda sekarang makin menjauhi sektor ini.

Anggota DPRD Klungkung Ketut Ariyasa menuding banyaknya lahan sawah yang ditanami bunga akan menggagalkan upaya swasembada pangan. Hal ini dampak dari ketidakpedulian pemerintah dalam upaya peningkatan produksi. ''Mereka hanya melaksanakan program rutin yang tidak menunjukkan peningkatan hasil produksi. Akibatnya, petani hanya bisa berproduksi untuk memenuhi konsumsi sendiri.''

Petani di Tabanan juga mengeluhkan hal yang sama. I Wayan Budiarta dari Baturiti Kaja yang memiliki sawah di Subak Meliling dan Pan Putra asal Mandung menyatakan harga pupuk dan obat-obatan yang tinggi sangat memberatkannya. Kak Bayu yang memiliki sawah di Subak Mandung juga mengeluhkan harga pupuk dan obat-obatan. Kak Bayu menyatakan jika dihitung dengan biaya produksi dan hasil yang didapatkan, dipastikan akan minus.

Pendapat yang hampir senada juga disampaikan Pan Suka, Pan Sutarja dan I Ketut Bina yang memiliki sawah di Subak Wangaya, Penebel. Gangguan hama sering membuat petani ketar-ketir karena takut gagal panen. Dengan harga pupuk seperti saat ini, nasib petani akan membaik manakala harga gabah saat panen dapat dikontrol, bukan selalu anjlok ketika panen.

Maka tak salah dengan kondisi itu, banyak petani di Buleleng kini memperlakukan pekerjaan pertanian sebagai sampingan. Memang, jika melulu hanya mengandalkan hasil pertanian mereka masih bisa makan sehari-hari, namun tak akan bisa menyekolahkan anak-anak mereka sekaligus memenuhi kebutuhan peralatan rumah tangga.

Sebagaimana diakui Gede Yadnya, seorang petani dari Banjar Abasan Desa Panji Anom Kecamatan Sukasada. Dulu, ketika kebutuhan hidup belum sebesar sekarang, ia masih bisa hidup nyaman menjadi petani. Namun kini, selain kebutuhan hidup keluarganya terus meningkat, juga kebutuhan pupuk dan obat-obatan untuk meningkatkan hasil panen juga harganya semakin mahal. Untuk itu, sejak sekitar sepuluh tahun lalu ia sudah tak berharap banyak lagi dari hasil pertanian. Ia hanya ke sawah ketika musim sedang bagus, sementara pada hari-hari biasa ia terpaksa bekerja di bidang lain, seperti pertukangan. ''Jika hanya mengandalkan pertanian, kami tak bisa menyekolahkan anak-anak,'' katanya.

Hal yang sama dikatakan I Made Mustika dari Banjar Mandul Desa Panji Anom, Sukasada. Menurutnya, menjadi petani bukanlah pekerjaan gampang, bahkan lebih sulit dari pekerjaan lain. Apalagi harga pupuk dan obat-obatan terus meningkat dan kondisi irigasi makin amburadul. ''Air saja susah diperoleh, apalagi pupuk yang harganya mahal,'' katanya.

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Buleleng Ir. Putu Ardika mengakui anggaran untuk pertanian tahun 2007 ini berjumlah sekitar Rp 9 milyar. Anggaran itu meningkat dari tahun 2006 lalu yang jumlahnya hanya Rp 7 milyar. Namun, ia mengakui jumlah anggaran itu masih kurang jika dibandingkan dengan berbagai program yang harus dilaksanakan untuk kembali memberdayakan pertanian di Buleleng.

Harga Rendah

Di Karangasem juga setali tiga uang. Pemberdayaan masyarakat petani masih sekadar wacana. Petani seringkali cuma disuruh menanam, tetapi setelah ada hasil harganya rendah akibat petani tak memiliki daya tawar.

Sejumlah klian subak dan petani di Karangasem mengeluhkan hal itu saat berdialog dengan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Dra. IA Agung Mas, Selasa (9/10) kemarin. Ketua Asosiasi Petani Cengkeh Karangasem Nyoman Merta mengatakan, harga cengkeh kering kini anjlok cuma Rp 28 ribu per kg. Demikian juga harga vanili. Jebloknya harga cengkeh akibat jalur pemasaran yang terlalu panjang.

Anggota DPRD Karangasem Nyoman Subaga, S.T. di Amlapura mengatakan para petani di Karangasem kerap mengeluh, karena jerih payahnya bekerja membanting tulang tak sepadan dengan hasilnya. Dia mengakui memang sudah ada proyek seperti perbaikan irigasi sawah, tetapi belum seberapa. Saluran irigasi masih lebih banyak yang rusak.

Ia juga menambahkan, bantuan pemerintah berupa 60.000 ton bibit padi enam bulan lalu, justru menyebabkan petani merasa dibodohi. Bibit padi yang diberikan diduga cuma pelemparan untuk kepentingan politik tertentu. Nyatanya, petani yang menggunakan bibit padi itu menyebabkan gagal panen total. Soalnya, bibit padi Ciherang itu sama sekali tak tahan tungro, sehingga tanaman padi total daunnya memerah diserang tungro ganas. Padahal penyakit tungro di Karangasem sejak dulu dikenal endemis.

Kadis Pertanian Tanaman Pangan Karangasem Subrata Yasa saat dihubungi beberapa waktu lalu mengatakan, belakangan ini sulit mencari bibit padi yang tahan tungro. Jenis padi yang tahan tungro seperti variets tukad Petanu atau Unda. Dikatakan, distribusi pupuk bersubsidi yang dulu sempat dikeluhkan petani kini sudah lancar. (tim BP)

Tuesday, October 09, 2007

Visit Malingsia


Today I got this funny picture from my blogger friend. This is related to the cold war between Malaysia and Indonesia because, from Indonesian point of view, Malaysia hijacks so many things from Indonesia. Anyway, the word “maling” is an Indonesian word for stealing or stealer.

Nah sekarang menyesal kan menjatuhkan Bung Karno pada saat dia mau melancarkan "Ganyang Malaysia". Soeharto anjing kok didukung. Bego sih. Susah emang jadi orang bego ...

Jadi Petani Bali, Dibanggakan, Bukan Kebanggaan

Hari ini aku dapat artikel ini dari Balipost. Sangan menarik dan rasanya mewakili kebanyakan petani Bali.
I just want to say that my father is a farmer, my mother is a farmer, and I am proud be the son of a farmer.

Jadi Petani Bali, Dibanggakan, Bukan Kebanggaan

Subak jadi kebanggaan Bali. Subak juga sering ''dijual'' untuk memperkenalkan Bali di mancanegara. Tetapi pernahkah disinggung bahwa krama subak -- petani -- kini sudah tak berdaya di balik nama besar itu. Pernahkah pula ''diperkenalkan'' bahwa subak di Bali kini menghadapi krisis air. Mengapa dua hal itu sering disembunyikan demi kebanggaan semu di balik nama besar; subak!

HIDUP petani memang sederhana, sesederhana pemikirannya. Mereka setia bertahan dengan segala keterbatasan. Meskipun seringkali penghasilan dari pekerjaan bertani kurang untuk menutupi biaya dapur.

Keluh kesah Wayan Dapur, Pekaseh Subak Canggu, barangkali bisa menyuarakan betapa getirnya hidup sebagai petani saat ini. Tingginya biaya pupuk, bibit, dan obat-obatan memang menjadi permasalahan klasik yang dihadapinya. Namun yang paling terasa menyusahkan para petani sekarang adalah tak lancarnya air irigasi.

Keinginan mereka yang utama, mendapat air yang cukup untuk irigasi sawah mereka. Setelah kebutuhan air tercukupi barulah mereka memikirkan bantuan lain dari pemerintah seperti subsidi benih padi dan pupuk.

Lelaki yang masih tampak energik di usia senjanya itu mengatakan kekurangan air irigasi merupakan persoalan cukup berat bagi petani, khususnya di Canggu.

Lantas, bagaimana keseharian para petani ini? Seolah menegaskan bahwa kesejahteraan para petani memang jauh di bawah standar. Wayan Dapur mengaku hidup sebagai petani memang sulit dan tidak dapat dibanggakan. Dia tidak memungkiri pendapatan petani seringkali tidak sebanding dengan biaya operasional yang harus dikeluarkan.

Wayan Dapur mengaku terang-terangan, hidup sebagai petani itu melarat. Banyak petani tidak mampu bertahan apabila hanya mengandalkan hidup sebagai petani. Karena itu banyak petani yang mengontrakkan tanahnya untuk dibangun vila. Banyak juga petani yang bekerja sebagai tukang bangunan, berjualan, menjadi nelayan dan peternak. ''Yang penting bisa bertahan hidup dan mendapat tambahan penghasilan,'' imbuhnya.

Hal serupa dikatakan Si Putu Widya (65) dan Nyoman Sudana (42), warga Banjar Pande, Sempidi, yang mengaku punya sawah tidak lebih dari 20 are. Mereka mengaku biaya operasional yang dikeluarkan cukup besar, sedangkan pendapatan sebagai petani tidak seberapa. ''Jangan mengharap dapat untung dari bertani. Hasilnya hanya cukup untuk biaya makan sehari-hari. Tidak bisa untuk membiayai anak sekolah dan memperbaiki rumah,'' ujarnya.

Alami Penurunan

Berdasarkan data Sensus Pertanian Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Bali, luas lahan sawah di Bali periode tahun 1996-2006 mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar 0,92% per tahunnya. Jika pada tahun 1996 luas lahan sawah di Bali 88.830 ha, maka di tahun 2006 luas lahan berkurang menjadi sekitar 80.997 ha.

Penurunan luas lahan sawah bahkan mengalami indikasi penurunan yang cukup tajam di wilayah Kota Denpasar, yaitu sebesar 2,64% per tahun. Pada tahun 1996, Denpasar memiliki lahan sawah seluas 3.552 ha, sementara pada tahun 2006 sebesar 2.717 ha. Dalam hal ini Denpasar mengalami penurunan luas lahan paling parah di Bali, disusul Jembrana (2,35%).

Hal itu dikatakan Kepala Bidang Statistik Produksi BPS Propinsi Bali Agung Raharjo, Senin (8/10) kemarin. Terkait tentang jumlah petani gurem atau petani yang menguasai lahan kurang dari 0,5 ha, Agung mengatakan justru terjadi kecenderungan peningkatan tiap tahunnya. Tanpa menyebut jumlah yang pasti, ia menyebutkan kecenderungan peningkatan itu ada kaitannya dengan penurunan luas lahan sawah itu sendiri.

Sementara itu, Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Bali Prof. Dr. Nyoman Supartha, M.S. Senin kemarin mengatakan, persoalan dalam usaha pertanian bukan hanya menyangkut produksi, juga pascapanen. Namun karena modal yang terbatas, saat ini petani hanya mampu berproduksi sehingga kehidupannya tak maju-maju.

Lalu bagaimana kebijakan yang diambil pemerintah daerah untuk memajukan sektor pertanian. Adakah upaya itu hanya pemanis bibir? Bisa jadi hal itu benar adanya, kalau kita lihat anggaran untuk sektor pertanian masih sangat kecil. Bagaimana kondisi yang sebenarnya, akan dibahas pada laporan Rabu besok pada halaman yang sama. (tim BP)

Friday, October 05, 2007

Masalah Datang ... Masalah Pergi ...

Ah sepertinya daku lagi mengalami hari - hari buruk dengan komunikasi. Setelah beberapa minggu yang lalu ada masalah dengan sim card, sekarang muncul lagi masalah dengan henpun. Ah kapan berentinya ni masalah ya.


Kejadiannya sebenarnya salahku juga seh. Beberapa hari yang lalu, ada pesan dari si henpun kalo memory-nya dia udah mau penuh, tapi dengan cueknya daku ignore pesan dari si henpun (beginilah jadinya kalo punya barang tapi ga diperhatikan). Ujung - ujungnya dia malah tidak mau mengabdi deh denganku. Sekarang aku lagi paksa dia dengan berbagai daya upaya supaya dia mau bekerja kembali untukku. Come on, I need you and I need you so bad.

Eniwei, kenapa daku tetap keukeuh memaksa dia bekerja? Hal itu karena dia adalah tipe henpun yang sudah di-unlock. Jadi disini semua henpun sudah dilock ke providernya. Ga kayak di Indo yang bebas jual - beli henpun, disini semua henpun terkunci untuk jaringan tertentu. Jadi kita ga bisa pasang-cabut sim card seenaknya kayak di Indo.

Sebenarnya bisa saja kalo mau beli henpun yang unlock disini, tapi ini henpun punya sisi sentimentil karena dia henpun pertama yang kubeli dengan gaji pertamaku dulu ... cieeee ... (tipikal anak IF yang udah kerja, biasanya beli henpun deh langsung). Waktu itu beli henpun ini di BEC (Bandung Electronic Centre) bersama Kiki (kikimetallazio) dan Nonik Chantong (anindya_ca). [Gimana kabar kalian berdua? Kapan mau merit? Jangan lupa ngundang ya :) ]

Seperti kata alm mas Chrisye, badai pasti berlalu. Dan ternyata memang benar, karena sekarang aku lagi dapat pinjaman henpun dari Mbak Mita. Jadi selama daku berusaha memperbaiki ni henpun, daku masih bisa pake henpun mbak mita.

Pesan moral (ikutan Suna no Sandy):
Cek free memory henpun anda biar ga mengalam WSOD (White Screen of Death, kata orang
forum di luar sana, yang berarti hal yang daku alami juga dialami banyak orang)

*winardi lagi ga jelas*


Wednesday, October 03, 2007

Raped While Drunk - What The Hell Is Going On ...

Satu lagi aib yang mencoreng pariwisata Bali. Dua karyawan hotel Kamini Legian, Kuta, Badung yakni I Wayan Yudiantara (24) dan I Nyoman Suartana (22) terpaksa berurusan dengan polisi. Mereka dilaporkan ke Poltabes Denpasar karena terlibat kasus pemerkosaan.

Kedua pemuda ini, diduga telah memperkosa MO (23) asal Jepang, Senin (1/10). Perbuatan bejat itu dilakukan di kamar nomor 7 B, hotel setempat. Pukul 00.30 wita, korban dalam keadaan teler berat. Melihat kondisi korban yang teler, membuat libido kedua pelaku naik. Pikiran jahat pun timbul secara spontanitas.

Kedua pelaku langsung menggerayangi tubuh korban dan akhirnya terjadi perbuatan layak sensor. Kedok pelaku terbongkar setelah teman korban mengetahuinya. Perbuatan bejat pelaku dibeber dan korban melaporkan kasus tersebut ke Poltabes Denpasar.

Berita:
Teler, Turis Jepang Diperkosa

I don't know what is wrong with my Bali lately. It seems that bad thing happen again and again in Bali. Balinese people said that they would like to live from tourism, but why they do stupid things like this one (for your information, it’s a raping story that come up in today’s newspaper).
Come on, wake up and smell the coffee. You should learn the word
“SERVICE”. It’s just a simple word yet hard to do. If you want to get laid, why don’t you try to find street hooker some place else. Damn, I’m so pissed right now. If you can’t stand to see some smooth, juicy, white skin, then you are not qualified to work on tourism. Because for tourist, using mini skirt or tight shirt are a common thing in a hot area like Bali.

Cicing ... esmosi cang ne ...
Bangsat mula ci nok ...
Yen bangun celak ci nepukin paha mulus, aliang ibane lonte ...

-sorry for rude words-

*update*
The rapist experiencing a premature ejaculation. Shame on you dude ...
Gadis Jepang Digilir Karyawan Hotel